0
22 Juli 2010 Post By: IMC Aktivasi Otak Tengah

Waktu Kerja Otak

Waktu Kerja Otak

Seperti halnya sebuah mesin otak mempunyai ritme atau jam kerjanya. Banyak respon yang terjadi pada manusia seperti perubahan suasana hati, tingkat konsentrasi, daya tahan kerja, kreatifitas dan sebagainya terjadi dalam sebuah siklus, yang disebut sebagai siklus bio-kognitif. Siklus ini juga mempengaruhi memori, tingkat kecerdasan, imunitas, waktu reaksi, dan sebagainya.

Dengan memperhatikan siklus ini kita mengetahui kapan waktu otak mencapai tingkat keefektifannya. Misalnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Kimura (1989,1990,1992) bahwa perempuan belajar lebih baik dalam masa dua pekan setelah menstruasi. Oleh karena itu setiap orang memiliki ritem internal atau ukuran waktu yang berbeda, dengan memahami siklus bio- kognitif, anda mudah menyadari dana memahami waktu yang tepat untuk pembelajaran sehingga mencapai performa yang optimal. Sebagai contoh dalam peneletian Dr Stanley menceritakan seorang dosen yang menghasilkan banyak sekali karya ilmiah dan merupakan orang puncak di bidangnya. Dosen ini memilih bekerja pada jam dua pagi sampai dengan pagi hari, setelah itu istirahat dan kemudian baru mengajar. Cara ini membuat dosen ini efektif untuk menjalankan tugas dan menghasilkan karya. Hal ini menunjukkan bahwa siklus bio koginitif mempengaruhi kerja otak kita.

Salah satu siklus ini dapat kita lihat pada siklus menstruasi. Wanita pada saat tingkat estrogen tinggi diperkirakan mengalami kesiagaan otak yang lebih baik. Otak wanita saat dipenuhi hormone ini mengalami sensasi menyenangkan, kondisi yang antusias, dan percaya diri yang tinggi. Kondisi seperti ini merupakan kondisi yang memudahkan bagi wanita untuk belajar.

Hal ini menyebabkan bila kita mengetahui kapan waktu yang tepat dalam memberikan pembelajaran maka informasi ini akan menjadi lebih mudah untuk tersimpan di dalam otak siswa. Contohnya seperti yang dituturkan oleh C. Brewer dan D. Campbell dalam buku mereka yang menceritakan ritme belajar. Salah satu ritmenya adalah seperti berikut, pada jam 9 pagi sampai dengan jam 11, otak akan lima belas persen lebih efesien untuk mengingat memori yang bersifat jangka pendek. Jam 9 sampai dengan jam 12 tugas pembelajaran yang menuntut penyelesaian masalah, analisa, repetisi akan lebih efeketif pada jam itu. Siang hari adalah seperti jam 12 sampai dengan 14 adalah waktu yang terbaik untuk belajar yang menuntut adanya gerakan seperti belajar seni, belajar computer, dan sebagainya. Dari penelitian itu kita bisa melihat bahwa waktu juga mempunyai hubungan dengan materi yang lebih cepat untuk diserap oleh otak.

Oleh karena itu lebih efektif menyampaikan informasi baru pada pagi hari, kemudian menggunakan waktu sore hari untuk menyusun dan mengintegrasikan informasi ini dengan memori yang sudah ada sebelumnya. Dengan memahami hal ini kita bisa menyusun jadwal menghafal, membaca, mendengar pada pagi hari, dan di sore hari kita bisa menggunakan nya untuk kegiatan diskusi kelompok atau pengerjaan proyek latihan.

Siklus ini juga mencakup waktu istirahat yang tepat bagi tubuh agar fungsi otak berjalan secara optimal, karena proses pembelajaran merupakan proses yang melibatkan memori jangkapendek dan jangka panjang, pikiran sadar dan bawah sadar. Sehingga informasi yang terserap bisa jadi membutuhkan waktu untuk dipahami, diterapkan hingga menjadi bagian dari sebuah pembelajaran. Seperti yang dicontohkan oleh dr Hirome Shina dalam buku nya the miracle of enzyme bahwa bila pekerja diberikan waktu istirahat untuk tidur siang maka produktivitas kerja akan meningkat. Hal ini menyebabkan di dalam kliniknya, dr Hirome memberikan tempat dan waktu bagi pekerja untuk melakukan istrahat siang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang diberikan oleh Rossi dan Nimmons (1991), produktivitas akan lebih meningkat ketika para pembelajar diberikan waktu istirahat beberapa kali.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa otak menjadi lebih mudah lelah saat lingkungan belajar kurang kondusif. Artinya lingkungan yang memberikan tekanan secara psikis kepada siswa. Sebagai contoh lingkungan dengan tingkat kriminalitas tinggi atau kekerasan dalam rumah tangga yang tinggi sangat kondusif untuk membuat otak menjadi cepat lelah. Salah satu dari bahaya yang ditimbulkan dari kelelahan ini adalah otak tidak mengalami saat beristirahat yang berguna untuk mempersiapkan otak untuk kembali bekerja. Waktu istirahat yang cukup memberikan otak kesempatan untuk membersihkan dan merawat dirinya. Ini seperti kerja computer yang melakukan fragmentasi dan membuang data yang tidak diperlukan. Dengan mengeleminasi informasi yang tidak perlu, hal ini akan membuat kerja otak menjadi lebih efektif dan efesien.



Halaman

Copyright Reserved IMC 2010.
Design by: Bingo | Blogger Templates by Blogger Template Place | supported by One-4-All